MAKALAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
PENDEKATAN
INDIVIDU DAN PENDEKATAN SOSIAL
PENDEKATAN
INTERAKSI DAN TEORI MEDAN
Dosen
Pengampu :
Abdul
Mujib, M.Pd.I
Di
Susun Oleh :
Tri
Arindawati (1169241)
Jurusan:
Tarbiyah
Prodi/Kelas:
PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
JURAI SIWO METRO
2014
KATA
PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis ucakan kepada
Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah
karya tulis sosiologi berjudul " Pendekatan Individu dan Pendekatan Sosial
serta Pendekatan Interaksi dan Teori Medan "
Makalah ini dibuat
dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan
karya yang InsyaAllah bisa dipertanggung jawabkan hasilnya. Saya mengucapkan
terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa
masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karna itu
saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan
semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua
Metro,
25 Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ...................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
.......................................................................................... 1
BAB II
A. Pendekatan
Individu dan Pendekatan Sosial............................................
2
a) Pendekatan
Individu ..................................................................... 2
1. Faktor
Biologis pada tingkah laku manusia ............................. 3
2. Faktor
Psikologis pada tingkah laku manusia .......................... 4
b) Pendekatan
Sosial .......................................................................... 5
B. Pendekatan
Interaksi dan Teori Medan .................................................... 7
a) Pendekatan
Interaksi ..................................................................... 7
b)
Teori Medan .................................................................................. 9
BAB III
DAFTAR
PUSTAKA .....................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
Dewasa
ini ilmu pengetahuan telah berkembang pesat, terutama di bidang teknologi
modern. Tak terkecuali ilmu sosialpun tak mau ketinggalan, salah satunya ialah
ilmu sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan adalah sebagai disiplin ilmu
pengetahuan yang mempelajari secara khusus tentang interaksi antara individu,
interaksi antara kelompok, institusi-institusi sosial, proses sosial, relasi sosial,
dimana didalam dan dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman.
Hal ini memerlukan pendekatan untuk mewujudkan dan merealisasikan aktifitas
sosiologi pendekatan.
BAB
II
A.
Pendekatan Individu dan Pendekatan Sosial
Sosiologi
pendidikan sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari secara khusus
tentang interaksi antara individu-individu, interaksi antara kelompok,
institusi-institusi sosial, proses sosial, relasi sosial, di mana di dalam dan
dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman. Hal ini memerlukan
suatu pendekatan untuk mewujudkan dan merealisasikan aktifasi sosiologi
pendidikan. Pendekatan sosiologi sebagai pendekatan sosiologi pendidikan yang
terdiri dari : 1) pendekatan individu 2) pendekatan sosial 3) pendekatan
interaksi 4) warisan kebudayaan.[1]
a)
Pendekatan Individu
Istilah
individu berasal dari bahasa latin individum
yang berarti tidak terbagi. Dalam sosiologi, individu dipakai untuk menunjuk
orang-orang atau manusia perorangan, yang berarti satu manusia, bukan kelompok
manusia.
Dalam
ilmu biologi, individu itu di anggap satu sel satu atom, dan kumpulan dari
sel-sel itu merupakan struktur, dan merupakan organisasi. Untuk dapat mengerti
tata kehidupan masyarakat perlu di bahas tata kehidupan individu yang menjadi
pembentuk masyarakat itu.[2]
Jika kita dapat memahami tingkah laku individu satu persatu, cara berfikirnya,
perasaannya, kemauannya, perbuatannya, sikapnya dan sebagainya, tegasnya
mentalita kelompok. Dengan mengetahui mentalita kelompok maka kita akan
mengetahui mentalita masyarakat.
Menurut
kajian keilmuan modern, manusia terdiri dari unsur biologis dan psikologis. Unsur
biologis terdiri dari unsur daging, kulit, tulang, otot darah, dan alat yang
membentuk jasad. Pembentukan jasad individu berasal dari pertemuan zat ayah (laki-laki)
yang disebut sperma dan zat ibu
(perempuan) yang disebut ovum, dalam
rahim yang membentuk janin (embrio) dan berkembang secara evolusif.[3]
Dalam
perkembangannya, kehidupan bayi banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor makanan,
baik yang mengandung vitamin maupun protein. Protein sangat mempengaruhi
perkembangan inteligensi individu karena jaringan otak dan syarafnya sebagian
berasal dari protein. Inteligensi individu sebagai ukuran kecerdasannya. Faktor
kecerdasan dan faktor kebodohan sangat mempengaruhi perbuatan individu.
Dari
segi psikologis menurut Julian Huxley seorang Neo Darwinisme yang sangat terkenal, menyebut manusia sabagai
makhluk Psycho-Sosial (Rohaniah
Sosial). Artinya prilaku manusia bukan semata-mata dipengaruhi oleh perubahan
sacara fisik, tetapi juga dipengaruhi perubahan sacara psikis sesuai dengan
perkembangan psikis individu.[4]
1.
Faktor Biologis Pada Tingkah Laku
Manusia
Perbedaan
antar faktor biologis dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia itu
sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis
memandang menusia itu sebagai organisme yang intelligent, organisme yang
mempunyai inteligensi. Yang menjadi problem biologi adalah usaha untuk
menemukan elemen-elemen tingkah laku mana yang disebabkan oleh lingkungan
sekitar. Jika dapat diubah sejauh mana perubahan bisa terjadi.[5]
Demikian
besarnya paham biologisme ini, sehingga ada suatu pendapat bahwa kejahatan dan
problem anak nakal dikarenakan faktor hereditas atau biologis. Di dalam masalah
inteligensi juga terdapatlah pengaruh biologisme, dinyatakan bahwa orang-orang
yang mempunyai inteligensi tinggi adalah yang berasal dari ras-ras tertentu.
Penyelewengan
dari pada paham rasialisme yang extrem ialah timbulnya paham ras yang super ras
yang lebih, yang oleh Hitler ras yang super ialah ras Arya dari bangsa jerman,
sehingga pendapat demikian membawa pengaruh pahit dibidang politik.
Dengan
penyelidikan-penyelidikan modern membuktikan bahwa tinggi rendahnya inteligensi
itu tidak bergantung kepada asal ras, tetapi tergantung pada faktor-faktor
fisik dan cultural yang ada di masyarakat.
Tandanya
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat ialah adanya kebebasan,
failitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luas dan keagamaan.
Sementara itu patut diperhatikan pula,bahwa faktor protein (zat putih telur) juga mempengaruhi
perkembangan inteligensi, sebab jaringan otak dan syaraf –syarafnya sebagian
besar adalah berasal dari protein.
Faktor-faktor
biologis yang lain, yang tidak dapat disangkal pengaruhnya terhadap tingkah
laku manusia adalah bekerjanya secara normal
daripada hormone-hormon atau kelenjar-kelenjar buntu didalam tubuh
manusia. Misalnya pada anak-anak putri yang hormone-hormon genetaliannya sudah
mulai bekerja menimbulkan
perubahan-perubahan jasmaniahnnya. Kurang atau lebih bekerjanya hormone-hormon
endotrin pada tubuh manuusia menyebabkan kelainan-kelainan atau abnormalitas
tingkah lakunnya
2.
Faktor-faktor Psikologis Pada Tingkah
Laku Manusia
Pengaruh
psikologis pada biologis semula bersifat semi filosofis dan abstrak, misalnya
pada science of mind (pengetahuan tentang proses berfikir) konsep insting
digunakan untuk menyelidiki tinggkah laku manusia. Ahli-ahli psikologi
menganggap bahwa pada manusia juga terdapat insting-insting.
Apabila
pada seseorang sampai akhir hidupnya tidak muncul pada suatu insting, maka
instingtifisual akan menjawab dengan teori kedewasaan atau maturitas sebab dengan tumbuh menjadi dewasa, maka
perbuatan insting itu tidak ada lagi atau dengan perkataan lain
perbuatan-perbuatan pada orang dewasa itu berasal dari insting yang telah
dijabarkan. Tetapi apabila dijumpai suatu perbuatan yang tidak dapat
diterangkan dengan insting-insting yang telah ada, maka tibullah usaha untuk
menciptakan jenis insting yang baru, demikian seterusnya sehingga jumlah
insting itu akan bertambah-tambah. Inilah gaya berfikir instingtifisual, dalam
menghadapi masalah human behavior.[6]
Jhon
B.Watson menemukan tiga macam tingkah laku yang tidak dipelajari yaitu takut,
marah dan senang. Dia menyimpulkan bahwa sebaian besar tinkahlaku manusia
adalah di pelajari dan hanya sebagian kecil saja yang instingtif, serta bahwa
tinggkah laku itu lebih banyak di kondisikan terhadap suatu situasi daripada
berasal dari tinggkah laku inheritas.[7]
Sehubungan
dengan faktor-faktor psikologis pada manusia, patut pula dikemukakan salah satu
teori kepribadian yang juga pada dasarnya mempunyai masalah yang sama yaitu
tinggkah laku.tipe kpribadian ada dua yaitu tipe introvert dan tipe
kepribadian, mempunyai pola-pola tingkah laku sendiri-sendiri.
Dapat
disimpulkan bahwa approach individual belumlah lengkap untuk menerangkan semua
gejala tingakah laku manusia, mengingat bahwa individu-individu adalah hidup
dengan masyarakat.[8]
b)
Pendekatan Sosial
Secara
pribadi, manusia merupakan makhluk individual, tetapi dalam kenyataan nya sejak
kelahiran manusia sendiri sebenarnya mennujukan sebagai makhluk sosial. Manusia
tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Secara ekstrim manusia tidak
bisa dipisahkan dari keluarganya, masyarakatnya, dan kelompoknya. Sejak awal
manusia dalam perkembangannya sudah mempunyai lingkungan tersendiri, sesuai
dengan prinsip pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dari segi bahasa manusia
sudah bisa membuat lingkungan tersendiri. Dari segi umur sudah mempunyai
masyarakat sendiri. Dari segi pekerjaan, status sosial, ekonomi, politik,
budaya dan sebagainya.[9]
Titik
pangkal dari Approach sosial adalah masyarakat dengan berbagi lembaganya, kelompok-kelompok
dengan berbagai aktifitasnya. Secara kongkrit approach sosial ini membahas
aspek-aspek atau komponen daripada kebudayaan manusia, misalnya keluarga,
tradisi-tradisi, adat-istiadatnya, moralitasnya, norma-norma sosialnya, dan sebagainnya.
Tingkahlaku individu dapat diapahami dari tingkahlaku masyarakatnya. Individu
mulai lahir hingga mati dibesarkan dan dikembangkan oleh masyarakatnya.[10]
Menurut Woodworth, bahwa manusia didalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannnya selalu mengalami empat macam proses :
1.
Individu dapat bertentangan dengan
lingkungan
2.
Individu dapat menggunakan lingkungan
3.
Individu dapat berpartisipasi dengan
lingkungan
4.
Individu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan[11]
Mengenai
penyesuaian diri ini dapat kita kemukakan secara luas:
1.
Peneyesuaian diri yang berarti mengubah
diri kita sesuai dengan lingkungan (autoplastis)
2.
Penyesuaian diri yang berarti mengubah
lingkungan sesuai dengan kehendak kita (alloplastis).
B.
Pendekatan Interaksi dan Teori Medan
a)
Pendekatan Interaksi
Menurut
H. Bunner dalam bukunya sosial psychology, sebagai mana di kutip oleh Gerungan
mengemukakan bahwa yang di sebut interaksi sosial adalah suatu hubungan antara
dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Devinisi ini
menekankan kelangsungan timbal baliknya interaksi sosial antara dua atau lebih
manusia. Interaksi sosial yang di lakukan oleh individu termasuk untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan afeksi, kebutuhan inklusi maupun kebutuhan kontrol.[12]
Di
dalam interaksi sosial ini kita memperhatikan faktor-faktor individual dan sosial,
dimana individu dan masyarakat saling mempengaruhi dan hubungan timbal balik
antara individu dan masyarakat, ada hubungan interaksi antar individu dapat
mempengaruhi individu, pengaruh-pengaruh yang bersifat, dinamis dan kreatif.
Antara individu dan masyarakat itu mempunyai kekuatan saling membentuk, dan
saling menyempurnakan.[13]
Kesimpulan
pendekatan ini mengatakan, bahwa untuk mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat
dari individu dan masyarakat. Jadi approach dari pada Education Of Sociology tidak semata-mata individual atau societal
tetapi kedua-duanya.
Educational
sociology adalah studi tentang interaksi individu dan lingkungan kulturalnya
yang terkandung di dalam individu-individu lain, kelompok-kelompok sosial dan
pola tingkah laku, dimana seorang individu yang lahir selalu di pengaruhi oleh
orang dan kebudayaan di sekelilingnya.[14]
Menurut
E. George Payne (bapak sosiologi pendidikan) mendefinisikan : Educational
Sociology adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan dan menerangkan
lembaga-lembaga kelompok sosial dan proses-proses sosial, dimana dalam hubungan
itu individu memperoleh dan menyusun pengalaman-pengalamannya.
Jadi
prinsipnya, antara individu dengan lembaga-lembaga itu saling mempengaruhi
(process of sosial interaction).
Hubungan
sosiologi pendidikan dengan psikologi pendidikan.
Persamaannya
-
Kedua-duanya mencari jalan untuk
menentukan dan memberikan arah terhadap efek sekolah bagi tingkah laku
individu, dengan kata lain kedua ilmu tersebut merupakan alat untuk merealisasi
tercapainya tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan personality (pribadi) anak,
menyiapkan kesanggupan mereka didalam masyarakat. Mengapa harus selalu di kembangkan
? karena anak itu selalu berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan yang
sifatnya dinamis.
Perbedaanya
-
Psikologi pendidikan berhubungan dengan
teknik bagi pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam diri anak.
-
Sedangkan sosiologi pendidikan tertarik
perhatiannya didalam implikasi-implikasi bagi pembuatan kurikulum-kurikulum,
organisasi kelas dan metode-metode mangajar. Dari kenyataan bahwa sekolah
adalah suatu lembaga sosial dan merupakan bagian yang lebih besar dari pada
organisasi sosial.
Oleh
karena itu menurut brown : Educational Sociology merupakan ilmu tentang
penguasaan sosial, sebab akan mengarah kearah masyarakat yang ideal. Termasuk
didalamnya mengenai bagaimana kebudayaan mempengaruhi kepribadian.
Demikian
pula Erorian Znaneiki mengatakan bahwa : Educational Sociology terjadi sebagai
suatu disiplin yang di rencanakan untuk menyiapkan pemuda-pemuda bagi
tugas-tugas mereka yang akan datang. Beliau menggunakian hasil-hasil dari
penyelidikan sosiologis
Jadi
prinsipnya : psikologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai proses
belajar, sedang sosiologi pendidikan menitikberatkan pendidikan sebagai proses
edication.
Oleh
Brown ditegaskan bahwa : Psikologi pendidikan ialah pendidikan yang meggunakan hukum-hukum
psikologi, sedang sosiologi pendidikan ialah pendidikan yang meggunakan hukum-hukum
sosiologi.[15]
John
Enggleston menekankan adanya 3 jenis yang paling berinteraksi didalam
lingkungan sosiologi pendidikan, yaitu :
1. Lingkungan sosial dari pada individu si
anak
2. Lingkungan sosial yang bersifat intern
dari pada sekolah
3. Lingkungan sosial yang bersifat extern.[16]
b)
Teori Medan
Sementara
kita telah membahas tiga macam, approach terhadap tingkah laku manusia, baik
manusia sebagai mahluk individu dan sosial dengan approach individual, sosial
dan interaksional, ada juga cara lain untuk meneliti tingkah laku manusia,
ialah dengan membahas Medio Sosipsychis manusia, dengan membahas medan sosial
manusia.
Inti
dari pada teori medan ini ialah meneliti struktur medan hidup beserta
pribadinya, personnya, Life Space sosial atau medan sosial. Medan hidup ini
merupakan kondisi-kondisi, syarat-syarat dan situasi-situasi konkret yang
menyertai gerak pribadi, gerak person tadi. Objek manusia di anggap sebagai
organisme.
Cara
bekerjanya teori medan itu mempergunakan metode hypothetico deduktif. Didalam
metode deduktif proses kerja (berpikir) mulai dengan aksioma-aksioma yang di
anggap umum dengan mencari implikasi-implikasi jadi aksioma tadi kepada hal-hal
yang khusus. Misalnya suatu Aksioma : semua logam dipanasi akan memuai, maka
implikasinya ialah membuktikan bahwa tiap-tiap jenis logam yang di panasi
memuai atau tidak. Aksioma yang telah di pergunakan sebagai pangkal mula
penyelidikan di anggap sebagai kebenaran pokok. Lawan dari pada metode deduktif
ialah metode induktif yang bekerja dari kebenaran-kebenaran khusus manuju
kepada kebenaran umum.
Lain
halnya pada teori medan, metode hypnothetico deduktif mulai dengan sekedar
aksioma artinya aksioma yang masih bersifat hypotetis, artinya kebenarannya
harus di buktikan, ialah dengan membuktikan kebenaran-kebenaran khusus yang
terkandung dalam aksioma yang di kemukakan.[17]
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Padil Moh. Dan Supriyanto
Triyo. 2010. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta:
UIN Maliki Press.
Ahmadi Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
[1] Moh. Padil. Triyo Supriyanto. Sosiologi Pendidikan. (Yogyakarta: UIN
Maliki Press. 2010). Hal. 14
[2] Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007). Hal. 26
[3] Moh. Padil. Triyo Supriyanto. Sosiologi Pendidikan. (Yogyakarta: UIN
Maliki Press. 2010). Hal. 15
[4] Ibid. Hal. 16
[5] Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007). Hal. 26
[6] Ibid. Hal. 32
[7] Ibid. Hal. 34
[8] Ibid. Hal. 37
[9] Moh. Padil. Triyo supriyanto. Sosiologi Pendidikan. (Yogyakarta: UIN
Maliki Press. 2010). Hal. 19
[10] Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007). Hal. 38
[11] Ibid. Hal. 44
[12] Moh. Padil, Triyo Supriyanto. Sosiologi Pendidikan. (Yogyakarta: UIN
Maliki Pers. 2010). Hal.21
[13] Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2007). Hal.45
[14] Ibid. Hal.47
[15] Ibid. Hal. 49
[16] Ibid. Hal. 50
[17] Ibid. Hal. 52
0 komentar:
Posting Komentar